shoutbox

Translate

10/13/11

Bayang - Bayang Sebuah Malam

Bayang - Bayang Sebuah Malam.

Ketika awal menjadi akhir, itulah awal yang menyedihkan. Karna kenangan takkan pernah hilang, karna memory akan selalu hidup, maka biarlah kenangan itu tetap indah.

Akhir tak menjadikan sedih, namun jalan menuju akhir yang menjadikannya sedih. Makna bukan dinilai dari rasa, tapi rasa menghadirkan makna.

Ketika perpisahan menjadi akhir, tidaklah cinta pernah bernah berakhir. Karna cinta memberi awal baru pada setiap akhir, mengukir goretan-goretan pada dinding kehidupan hingga merubah nuansa bagi kehidupan.

Sepenggal kisah tentang seorang Aldi, seorang remaja SMA yang belum pernah mengenal cinta dan terjebak dalam lautan asmara.

Aldi adalah seorang yang selalu ceria, tawanya selalu menarik perhatian teman-temannya. Ia pun tergolong anak yang pintar di sekolahnya sehingga ia disenangi teman-temannya meskipun ia agak sedikit usil.

***
Hari itu tiba tahun ajaran baru, dikelas barunya Aldi mulai mendemonstrasikan keusilannya, pagi-pagi sekali ia datang ke sekolah dengan niat yang tulus untuk menjahili teman-temannya. Setiba dikelas tanduk kecilnya mulai keluar, "He..he.., kenalan dulu nih ma anak-anak, kenalin nih gw aldi". Dibawah-bawah laci meja ia coret dengan kapur tulis hingga hampir seluruh meja kelas. Saat anak-anak mulai duduk mereka tidak menyadari apapun, dan Aldi pun tidak menunjukkan ekspresi apapun, dengan wajah lugu ia tetap fokus pada pelajaran. Saat bel istirahat berbunyi anak-anak yang berdiri dari bengkunya pun mulai menyadari ulah si Aldi, "waduh, siapa sih yang usil maen-maen kayak gini". Aldi pun tertawa terbahak-bahak. sampai salah seorang cewek di kelasnya nyeletuk dengan ketus, "Kerjaan siapa sih nih, childish banget". Aldi menoleh cewek itu, saat itu juga Aldi langsung terdiam, apalagi saat mereka bertatap muka, jantungnya berdegup kencang dan tubuhnya seolah kaku seketika, pikirannya seolah terhenti dalam sejenak. Cewek itu bernama Randita, lumayan manis dan ia memiliki mata yang indah di balik kacamatanya. salah seorang temannya yang nyeletuk menyadarkannya, "makanya, jangan suka usil, kena kan, he..he..". Ia adalah jon, teman sebangku di kelasnya dan juga pacar Randita.

Jam istirahat Aldi pergi ke kantin bersama temannya, Kiki. Kiki adalah teman sekelasnya yang juga teman dekat Jon. Mereka melihat Randita bersama teman-temannya si bangku pojok. Kiki, "Eh, itu Randita ya? gabung kesana yuk". Aldi menolak ajakan Kiki, ia sedikit takut untuk bertemu Randita, mungkin grogi. Aldi, "gak ah males, ntar dijutekin". Kiki, "gak kok, dia baik kok, tapi yawdh, kalo gak mau ya kita disini aja".

Mereka mulai ngobrol dan saat itu juga Aldi tau dari Kiki bahwa Randita adalah pacar Jon. Kiki tak tau bahwa sebenarnya Aldi sedang jatuh cinta pada Randita. Ia sudah terpikat saat pertama kali melihat Randita, mungkin ini yang disebut love at the first sight. Aldi seolah tak menghiraukan kabar itu, ia tetap santai tanpa respon apapun, tetap santai seperti di pantai. Tak seorang pun tau perasaan Aldi terhadap Randita, ia hanya memendam perasaannya karna ia tau Randita sudah mempunyai kekasih yang juga temannya.

***
Seminggu berlalu, hari-hari Aldi seakan berubah, ia masih tetap saja usil sih tapi sekarang ia lebih sering memperhatikan Randita, di kelaspun ia selalu curi-curi pandang pada Randita sambil sebisannya agar tidak ketahuan siapa pun. Ia tak berani untuk bertatap muka secara langsung, face to face. Sampai suatu ketika pada jam istirahat Fina, teman sekelasnya mengajak Aldi ngobrol, dan disitu ada Randita bersama mereka. Aldi sangat senang tentunya, ia mulai dapat kesempatan untuk berbincang dengan Randita, obrolan basi tapi bagi Aldi itu adalah momen terindah baginya.

Fina,"Di, sini sih ngobrol, ngapain bengong sendirian"
Aldi,"Siapa yang bengong, orang lagi mikir kok"
Fina,"Mikirin paan Di?
Aldi,"gw lagi mikir, enaknya mikirin apaan yah?? He..he..
Fina,"Yee, dasar. Gw nanya serius.."
Aldi, "Randita, masih jutek yah? serem nih, he..he.."
Randita, "kok jutek sih, gw kan anak baik", sambil tersenyum menjawab kata-kata Aldi
Aldi, "waktu itu marahnya serem lho.."
Randita,"Habiz lu jail banget sih, oia panggil gw Ran aja, temen-temen biasa panggil gw Ran"
Aldi,"Ok, siap boz, he..he.."

Sejak itu Aldi mulai sering ngobrol dengan Randita, selalu mencari cara untuk bisa mengobrol dengannya. Pinjam buku saja ia selalu pada Randita, seolah tak melewatkan kesempatan apa pun untuk bisa bertemu Randita.

Suatu hari kebetulan Aldi dan Randita pulang sore hari, Aldi ada kegiatan pramuka dan Randita habis latihan cheerleaders. kebetulan sore itu Randita tidak ada yang jemput.
"Randita,"Di, pulangnya bareng ya, Ran gak da yang jemput nih, gak da temen pulang udah sore gini". Tentu saja ini sudah ditunggu-tunggu sejak lama oleh Aldi, "Boleh, yuk pulang bareng". Mereka pulang naik angkot dan duduk bersebelahan. Aldi sangat gugup saat itu, sepanjang berjalanan jantung Aldi berdegub kencang, dag..dig..dug.., tampak Aldi yang sangat salah tingkah, ia bicara tanpa henti sepanjang perjalanan. Entah Randita sadar atau tidak, tapi mereka berdua terus mengobrol asik sepanjang perjalanan. Mulai saat itu Mereka sering pulang bersama. Aldi sangat menikmati momen-momen itu, saat menatap senyum Randita, saat duduk bersebelahan dengannya, saat berbicara dengannya, bahkan saat memikirkannya, momen yang tak pernah ia lupakan.

***
Setahun telah berlalu, saat perpisahan sekolah berlangsung. Randita sudah tidak lagi berpacaran dengan Jon. Namun Aldi masih juga belum berani mengungkapkan perasaannya. Saat itu Aldi pura-pura asik dengan teman-temannya dan tidak sekalipun menghampiri Ran, hanya sekali mereka bertatapan dan Aldi langsung pergi menghampiri teman-temannya.

Keesokan hari setelah perpisahan sekolah, Aldi memutuskan untuk mengungkapkan semuanya pada Randita, ia menelpon rumah randita untuk mengungkapkan isi hatinya. Dengan perasaan tak karuan ia menekan tombol telponnya. Seseorang mengangkat telpon dan memberi kabar bahwa Randita telah pindah ke luar kota dan ia tak tau kemana perginya. Aldi menanyakan nomor yang bisa dihubungi namun ia pun tak mendapat apa-apa. Mendengar kabar itu pikiran Aldi langsung kacau, sedih bercampur muak, ia menyesal telah membiarkan orang yang amat dicintainya pergi tanpa pernah tau tentang perasaannya. Sedih berkecamuk di batinnya, perasaan kecewa dan menyesal seakan berputar-putar mengelilinginya. Dirinya yang digerayangi rasa perih yang dalam tak bisa berbuat apa-apa. Bahwa hatinya telah menjerit, namun ia tak mengungkapkan sepenggal katapun untuk mengungkapkan isi hatinya.

***
Setelah hari itu Aldi tumbuh menjadi sosok yang pendiam, pelamun, dan jarang sekali ia terlihat berbincang dengan teman-temannya. Bayangan tentang Randita masih terpasung di hatinya dan membayangi pikirannya, menjadi topik utama di setiap sel-sel otaknya. Ia lebih senang membayangkan Randita ketimbang bergaul dengan teman-temannya. Ia tumbuh menjadi sosok yang dingin dan kaku terhadap wanita. Kalau pun ada gadis yang diliriknya, itu pun jika ia membayangkan sosok ran pada gadis itu. Entah dari matanya, rambutnya, perawakannya, gaya bicaranya, kacamatanya, atau pun dari farpum yang dipakai gadis tersebut. Hanya dengan mencium wangi parfum yang biasa dipakai Randita pun, ia seolah bertemu dengan Randita dan sangat bahagia. Namun ketika ia teringat bahwa Randita tlah pergi, kepedihan yang dirasakannya trus bertambah dan kian bertambah.

Di malam hari, bayangan Randita sering muncul dalam mimpinya, hampir setiap malam ia bermimpi tentang Randita. setiap jengkal tubuhnya, masih tertanam di memory otaknya. Entah mimpi indah atau mimpi burukkah, mimpi yang tampak begitu indah, namun begitu menakutkan ketika terbangun. Takut akan kehilangan. Ya, setiap kali ia terbangun ia harus merasakan rasa pedihnya kehilangan seseorang yang ia cintai. Ketika ia tersadar dan kenyataan merampasnya lagi dari diri Aldi. Rasa sakit yang begitu menyayat, menyayat perlahan hingga terus dalamnya, hingga ngilu terasa hingga ke ubun-ubun. Dan ia pun begitu takut untuk bermimpi, begitu takut untuk merasakan lagi rasa sakitnya kehilangan.

Malam-malam banyak ia habiskan dengan menatapi bintang. Bintang-bintang yang berkilau seperti kilaunya bola mata Randita. Menikmati angin yang membelai lembut seperti lembut rambutnya. Hanya malam yang tenang yang bisa menyejukkan hati yang gundah itu untuk sejenak damai. Berbincang dengan bintang pun menjadi hal yang tak pernah bosan ia lakukan. Malam itu di bawah bulan sabit ia duduk sambil menatap para bintang,"Hai baintang, sungguh indah kau ku pandangi, cantikmu diantara gelap sungguh memikatku, Akan kah bisa ku gapai engkau disana? Mungkihkah kuraih cahayamu yang indah itu? Jika indahmu hanya untuk kupandang, biarlah kupandangi engkau hingga pagi menjemput mu, dan jika pagi membawa mu pergi dari ku, biarlah kutunggu engkau disini, akan kunanti hadirmu, meski hadirmu membawakan gelap". setiap malam ia selalu menatapi bintang, jika bintang itu tidak datang maka ia lukiskan mereka dihatinya agar cahaya mereka selalu bersinar di hatinya.

***
6 tahun berlalu, bayangan tentang Randita tumbuh seiring perjalanan Aldi. Ilusi yang dihadirkan oleh pikiran-pikirannya sendiri. Sosok Randita yang sangat sempurna bagaikan seorang bidadari semakin tertanam di otaknya. Aldi pun kini sudah tak bisa membedakan apakah sosok Randita dipikirannya adalah nyata ataukah hanya ilusi, ataukah Randita yang hadir dihidupnya atau yang hadir di mimpinya. Mimpi-mimpi tentang Randita seolah menyatu dengan kehidupannya. Dan Randita kini seolah mimpi yang nyata dihidupnya, mimpi yang tak ada habisnya.

Suatu hari ia bertemu dengan Fina di suatu cafe, ia sedang duduk sendiri disana.
Fina, "Hei, Aldi ya?? Pa kabar di? dah lama banget ya.."
Aldi, "Kabar buruk ketemu elu, he..he..", jawab Aldi spontan.
Fina, "Eh lu, becandanya masih aja gak ngenakin ati"
Aldi, "He..he.., just kidding, btw gi ngapain nih sendirian aja?"
Fina, "Gi minum aja, panas banget nih siang bolong, eia tau kabar anak-anak SMA kita dulu gak?
Aldi, "Yah, yang masih ketahuan sih cuma Boy ma Eva doang, yang laen gak tau pada kemana. lu da yang tau gak kabar yang laen?"
Fina, "Gak tau juga, gw kan sekarang kerja di luar kota, lagi liburan aja maen kesini. Paling Ran aja yang masih sering ketemuan, masih inget Ran gak?
Aldi, "Ran, Randita?? dimana dia sekarang?
Fina, "Dia sekarang kerja di jakarta sama kayak gw, besok dia juga mau maen ke sini"
Aldi, "Oo, lu punya nomor hpnya gak, udah lama nih.."
Fina, "Ada, kok nomor gw yang disini gak ditanya, malah yang gak ada orangnya yang ditanya, ada apa-apanya nih.."
Aldi, "yee curiga aja, kita kan udah ketemu jadi gampang itu mah, yang jauh dulu donk, he..he.."
Fina, "terserah deh, gw kirim ke nomor lu aja yah, berapa nomor lu?"

Spepulang dari cafe tersebut Aldi nampak begitu gembira, setelah bertahu-tahun ia hanya memimpikan sosok Randita, kini ia punya kesempatan untuk bertemu Randita secara langsung"

***
Malam harinya,
Aldi, "Haloo, Dengan Randita?"
Randita, "Iya, ini dengan siapa?"
Aldi, "Ni gw Aldi, masih inget gak?"
Randita, "Aldi?? ya ampun di, lama banget gak ketemu, sekarang udah kayak apa nih, jadi kangen nih"
Aldi, "hmm, jadi kalo gak gw calling gak kangen nih.."
Randita, "Yee, ngambek nih.., he..he..,btw dapet nomor Ran dari mana Di?"
Aldi, "Dari Fina, kemaren gw ketemu dia di cafe, trus dikasih nomor ran deh"
Randita, "Oh, dari Fina. Eh di, Besok Rani pulang lho, ntar kita ketemuan yah.. kangen nih ma temen-temen SMA dulu"
Aldi, "Gw juga kangen, tapi sama Ran aja kangennya, he..he.."
Randita, "Ow..ow.. Aldi udah bisa ngegombal nih ya, he..he.."
Aldi, "Bakat alami, he..he.., oke deh besok calling gw yah..".

Mereka pun akhirnya bertemu, sosok Ran telah berubah. Setelah 6 tahun sosok mereka kini sudah berbeda. Dan Aldi pun sadar bahwa ini lah sosok Randita yang nyata, sangat berbeda dengan apa yang tumbuh dipikirannya. Ia pun sadar bahwa sosok Randita di mimpinya hanyalah sebuah ilusi yang ia gambar sendiri diimajinasinya, inilah Randita yang nyata, yang sedang berdiri dihadapannya. Namun meski sosok selama ini hanya ilusi, cinta nya bukanlah sebuah ilusi, karna cinta itulah yang sesungguhnya menghadirkan ilusi selama ini.

Randita memang telah banyak berubah, dari penampilannya, ia yang dulu memakai kacamata kini beralih memakai softlense, potongan rambutnya pun telah berubah, dan wanginya pun bukan wangi parfum yang dulu sering ia gunakan. Namun ada satu hal yang tidak berubah darinya, yang membuat Randita tetap seorang Randita yang sejak dulu ia cintai. Yang membuat Aldi tetap mencintainya.

Satu minggu pun berlalu sejak kedatangan Randita, satu minggu yang dihabiskannya untuk bersama Randita. Besok Randita bergegas berangkat lagi ke kota tempat ia tinggal sekarang. Sore hari menjelang keberangkatan Randita, Aldi mengungkapkan seluruh perasaannya yang ia pendam selama ini. Ia tumpahkan semuanya saat itu, karna ia tak mau menyesal untuk kedua kalinya. Randita mendengarkannya hingga Aldi selesai menuntaskan gejolak di hatinya. Randita tersenyum kecil, sinar matanya menunjukkan kesedihan dibalik rona senyumnya yang manis.
Randita, "Di, sekarang Ran udah punya orang lain yang Ran sanyang. Ran seneng banget denger kalau Aldi sayang Ran, tapi Ran udah punya orang lain n Ran gak bisa nyakitin perasaan dia, maafin Ran ya Di..".
Aldi, "Dengan Ran tau perasaan gw itu udah cukup, gw lega banget akhirnya gw bisa ngungkapin semuanya.., Cinta itu gak harus milikin, but dalam mencintai akan slalu ada orang yang dicintai, dan itu adalah suatu kebenaran. Gak ada yang perlu disesali untuk sebuah kebenaran. n sekarang gw udah mengungkap kebenaran yang selama ini hanya terkubur di angan gw"
Randita, "......", Randita terdiam, matanya yang selalu ceria tampak padam sore itu,
Aldi, "Thanks Ran buat semuanya, Semua yang udah Ran kasih buat gw adalah yang terindah dalam hidup gw, mungkin ini terakhir kalinya kita bertemu, sore ini bakal gw inget selalu sebagai sebuah momen dalam hidup gw, selamat tinggal Ran.. hati-hati dijalan ya Ran"

Aldi melangkah meninggalkan Ran, tak sekalipun ia menoleh ke belakang betapa pun inginnya. Dalam setiap langkahnya ditanamkannya dalam hati tentang kepergiannya. Kepergian seorang Randita yang akan menjadi kenangan abadi dalam hidupnya. Yang tertoreh dalam di dasar palung hatinya.

kini semua pertanyaan sudah terjawab, semua misteri telah terungkap. Tentang bintang yang hadir dalam gelap malam, tentang malam panjang tanpa bintang, dan tentang bintang di hatinya. Kini Aldi berjalan dengan senyum di wajahnya, "Hai bintang, hadirmu telah menjadi warna terang dalam malam ku, dan kini pagi telah tiba menjemputmu, maka biarlah pagi ini menjadi pagi ini menjadi awal bagi hariku yang baru"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

0 comments :

Post a Comment

'>'>